close
Nuga Life

Hambat Penuaan dengan Olahraga Rutin

Salah satu rahasia untuk menghambat penuaan ternyata ada pada diri Anda sendiri, yaitu berolahraga.

Menurut hasil penelitian dari Brigham Young University, olahraga dengan frekuensi tinggi bisa memperlambat penuaan sel tubuh.

Dalam study itu, peneliti menganalisa kegiatan dari lima ribuan orang dewasa selama tiga puluh hari, kemudian mengukur panjang telomere mereka.

Telomere adalah ujung DNA yang melindungi kromosom kita.

Telomere ini akan menjadi lebih pendek seiring bertambahnya usia, dan telomere yang pendek sering dikaitkan dengan resiko kesehatan seperti kanker.

Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang sangat aktif –dengan kegiatan setara jogging empat puluh  menit selama lima hari tiap minggu—memiliki telomere yang lebih panjang dibanding mereka yang aktivitasnya sedang atau rendah.

Panjang telomere itu sebanding dengan umur biologis sembilan tahun lebih muda dibanding mereka yang tidak aktif, dan tujuh tahun umur biologi lebih muda dibanding yang aktivitasnya sedang.

“Bila Anda ingin mendapatkan hasil yang sesungguhnya dalam memperlambat umur biologi, sepertinya Anda harus berolahraga dengan frekuensi lebih tinggi, karena olahraga sekedarnya tidak akan memberi dampak signifikan,” ujar salah satu peneliti, Larry Tucker Ph.D.

Meski demikian, kegiatan fisik bukanlah satu-satunya penentu umur biologi seseorang. Jenis makanan, gaya hidup, dan tingkat stres juga memberi pengaruh.

Selain itu, para ilmuwan mengungkapkan, berlari selama satu jam dalam seminggu adalah olahraga yang paling efektif untuk meningkatkan harapan hidup. Tak peduli seberapa jauh dan seberapa cepat Anda berlari.

Penelitian yang dilakukan di Iowa State University menganalisis kembali data dari The Cooper Institute di Texas dan juga memeriksa kembali hasil dari sejumlah penelitian terbaru lainnya yang melihat kaitan antara olahraga dan kematian.

Para peneliti menemukan, bahwa ulasan terbaru memperkuat hasil penelitian sebelumnya.

Berapapun kecepatan dan jarak tempuhnya, risiko kematian dapat turun hingga 40 persen saat seseorang rutin berlari.

Bahkan hal ini tetap berlaku, ketika para peneliti mengendalikan kebiasaan merokok, minum alkohol, ataupun berbagai masalah kesehatan seperti obesitas.

Mereka mengikuti para peserta selama lima belas tahun dan menemukan bahwa lebih dari tiga ribu orang meninggal dunia, hanya sepertiga kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung.

Penulis penelitian Dr Duck-chul Lee, seorang profesor kinesiologi di Iowa State University mengungkapkan bahwa, ketika studi ini dipublikasikan, tim peneliti diburu dengan berbagai pertanyaan apakah kegiatan lain seperti berjalan kaki juga memiliki manfaat yang sama.

Pelari jarak jauh juga mempertanyakan apakah yang mereka lakukan berlebihan, karena di titik tertentu, berlari memang bisa menyebabkan kematian dini.

Setelah menganalisa data dalam studi baru ini, para peneliti menentukan bahwa dari jam ke jam, secara statistik berlari mengembalikan lebih banyak waktu kehidupan seseorang.

Dalam studi The Cooper Institute, para peserta melaporkan bahwa mereka rata-rata berjalan kaki dua jam per minggu.

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa, peserta penelitian yang bukan pelari, tapi menjalankan olahraga lari selama penelitian, terbukti menurunkan angkan kematian enam belas persen dan yang menderita serangan jantung dua puluh lima persen lebih sedikit.

Jenis latihan lainnya juga terbukti bermanfaat. Berjalan dan bersepeda menurunkan risiko kematian dini sekitar dua belas persen

Dr Lee mengatakan, para peneliti masih belum yakin mengapa berlari bisa membantu memperpanjang umur.

Namun menurutnya, hal itu kemungkinan karena olahraga tersebut memerangi banyak faktor risiko umum penyebab kematian dini, termasuk tekanan darah tinggi dan lemak tubuh berlebih, terutama di bagian tengah tubuh.

Meski demikian, berlari takkan membuat Anda abadi dan harapan hidup lebih panjang takkan lebih dari tiga tahun.

Perbaikan harapan hidup pada umumnya meningkat sekitar empat jam setiap minggu, kata Dr Lee.

Kita sering disarankan berolahraga, terutama lari untuk mengikis lemak di perut kita.

Namun beberapa orang yang mengikuti saran itu, setelah rutin lari selama beberapa bulan, ternyata tetap seberat dan segemuk sebelumnya. Apa yang salah?

Sayangnya, meski memperbaiki kesehatan jantung, menguatkan tulang dan otot, serta menambah kebugaran, lari bukanlah sihir ajaib yang membuat orang langsung menjadi langsing.

Nah bila tujuan Anda adalah tubuh yang lebih tipis, maka ada beberapa hal yang mungkin menjadi kesalahan Anda dan harus diperbaiki.

Kebanyakan orang merasa sudah membakar banyak kalori setelah lari, sehingga tidak merasa bersalah ketika menyantap lebih banyak makanan dari biasanya. Padahal 30 menit berlari tidak sebanding dengan cheeseburger, minuman soda dan sebungkus kentang goreng.

“Inilah kesalahannya. Saat melihat jumlah kalori yang terbakar di mesin treadmill atau aplikasi, kita merasa berhak mengembalikan jumlah yang sama lewat makanan,” ujar terapis diet Kim Feeney.

“Selain itu, latihan kardio membuat kita kelaparan, sehingga tanpa sadar makanan yang kita santap melebihi yang kita bakar.”

Hal lain yang membuat tujuan lebih sulit dicapai adalah karena tubuh kita mudah beradaptasi sehingga membuat usaha kita lebih ringan.

Mungkin pada minggu pertama berlari, tubuh masih kaget dan membutuhkan lebih banyak energi untuk menyelesaikan kegiatan itu.

Namun di minggu-minggu berikutnya, tubuh sudah menyesuaikan diri sehingga aktivitas berlari tidak seberat sebelumnya.

Secara biologis tubuh kita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap gerakan yang dilakukan berulang sehingga jumlah kalori yang terbakar untuk sebuah usaha akan semakin kecil. Jadi jika anda rutin berlari, maka kalori yang dibakar tubuh akan semakin sedikit dari waktu ke waktu.

Untunglah cara mengakalinya cukup sederhana. Kita cukup memodifikasi latihan sehingga tubuh dipaksa untuk bekerja lebih keras dan menghadapi tantangan yang berbeda.

Misalnya hari ini kita berlatih lari jarak jauh dengan kecepatan rendah, pada latihan berikutnya cobalah latihan lari cepat atau lari di medan menanjak.

Intinya ubahlah kecepatan, jarak, dan medan setiap kali latihan agar tubuh kita  mendapat tantangan berbeda.

Berlari memang akan membakar kalori. Tapi agar yang terbakar lebih banyak, kita perlu melatih otot-otot kita karena di situlah tungku pembakar kalori berada.

Berlari saja hanya akan menghasilkan ketahanan otot, namun tidak membangun banyak massa otot.

Bila Anda memperbaiki rutinitas lari dan cara hidup Anda seperti saran di atas, maka bukan saja perut rata yang Anda dapatkan, namun juga bonus tubuh yang lebih kuat dan bugar.