close
Nuga Life

Fast Food Buat Emosi Anda “Celaka”

“Fast food itu membuat emosi Anda celaka” Itu yang diingatkan para ilmuwan di Lembaga Penelitian Universitas Negeri San Diego. Para peneliti mengukur asupan lemak trans, yang juga dikenal dengan asam lemak trans, di tubuh penyuka fast food dikaitkan respons emosi mereka.

Para ilmuwan mencatat, individu dengan asupan lemak trans yang tinggi mengalami kesulitan dengan kesadaran emosional. Kejelasan emosional mereka pun juga lebih rendah.

Penelitian baru menemukan, makanan cepat saji atau fast food membuat seseorang tertekan dan kurang bisa mengontrol emosi.

Mengurangi untuk mengonsumsi makanan cepat saji, dapat memperbaiki suasana hati Anda.

Penelitian terbaru makanan cepat saji ini diterbitkan dalam jurnal Psikologi Kesehatan bulan ini, seperti dilansir oleh laman Independent.

Kali ini, para ilmuwan meneliti hubungan lemak trans, yang umumnya dikandung oleh makanan cepat saji dan kue, dengan regulasi emosional.

Sementara, orang-orang dengan asupan lemak trans lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan emosi positif dan penurunan efek emosi negatif.
Mereka juga lebih dapat mengendalikan emosi.

Penelitian ini juga menginterpretasikan temuan sebelumnya.
Pada 2013, studi di Universitas California menemukan, asam lemak trans secara signifikan terkait dengan agresi yang lebih besar.

Mengonsumsi makanan kaya lemak trans dihubungkan dengan kadar kolesterol tinggi dalam darah, serangan jantung, penyakit jantung, dan stroke.

Namun, dampak bahaya terhadap kesehatan mental belum diterima secara luas. “Kami tahu, makanan di Inggris yang merusak tubuh kami, juga selalu merusak otak kami,” kata peneliti Oxford dan juga kepala lembaga Food and Behaviour Research, Alex Richardson.

Orang dewasa lebih tua yang mengonsumsi ikan dan sayur-sayuran dapat hidup lebih lama dari mereka yang tidak, berdasarkan studi di Swedia.

Di antara lebih dari empat ribu laki-laki dan perempuan berusia enam puluhan tahun, mereka dengan kadar lemak tak jenuh ganda tertinggi, yang berasal dari ikan dan tanaman, secara signifikan kemungkinannya lebih kecil untuk meninggal karena penyakit jantung, atau sebab apapun selama sekitar lima belas tahun.

Hal ini jika dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi dengan tingkat rendah.

“Studi ini mendukung pedoman makan saat ini yang menyarankan untuk mengonsumsi cukup asupan ikan dan minyak sayur sebagai diet jantung sehat,” kata Ulf Riserus, penulis penelitian yang juga dokter nutrisi di Universitas Uppsala di Swedia, seperti dilansir dari Reuters.

Lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal baik untuk mempromosikan kadar kolesterol yang sehat.

Lemak baik ini terkandung dalam berbagai jenis ikan, misalnya salmon, trout, dan haring. Juga buah-buahan, misalnya zaitun, kenari, dan miny yak nabati cair, seperti kedelai, jagung, safflower, canola, zaitun, dan bunga matahari.

Riserus menulis dalam jurnal Circulation American Heart Association, jenis lemak yang dikonsumsi lebih penting daripada kuantitasnya. Hal ini dalam memengaruhi asam lemak yang beredar dalam jenis aliran darah serta risiko kardiovaskular.

Tingkat sirkulasi lebih tinggi pada salah satu asam lemak yang ditemukan dalam minyak sayur, dikenal sebagai asam linoleat, dikaitkan dengan penurunan dua puluh tujuh persen risiko kematian pada penelitian terhadap laki-laki, tapi bukan perempuan.

Untuk laki-laki dan perempuan, dua asam lemak yang ditemukan pada ikan

Namun, karena hasil ini tidak sejalan dengan penelitian lain, mereka berspekulasi bahwa tidak berarti ALA meningkatkan risiko jantung. Melainkan, mencerminkan tingginya konsumsi margarin, massa otot rendah, atau kondisi kesehatan lain.

Pesan dari penelitian ini adalah, makanlah lebih banyak tanaman, dan hewan lebih sedikit, kata Samantha Heller, ahli gizi dari Universitas New York.

“Tidak ada satu makanan ajaib yang dapat membawa kita pada keabadian,” kata Heller. Gaya hidup secara keseluruhan harus dipertimbangkan, termasuk aktivitas fisik sehari-hari, serta mengonsumsi lebih sedikit makanan hewani, misalnya daging, keju, dan mentega, katanya.

Tags : slide