close
Nuga Life

“Dark Chocolate” Bisa Cegah Sakit Jantung

Anda kenal dengan “dark chocolate.”

Coklat hitam.

Ya, “dark chocolate” ternyata kaya akan flavonoid. Senyawa antioksidan yang juga ditemukan di teh dan wine

Flavonoid memiliki fungsinya yang dapat mencegah penyakit jantung.

“Dark chocolate,” diyakini para ahli nutrisi memiliki kandungan flavonoid-nya lebih tinggi dari tek atau wine. Kandungan yang sama ditemui juga di milk chocolate.

Kandungan tinggi flavonoid ini di temukan oleh peneliti di University of Aberdeen di Scotland dengan melibat puluhan ribu responden.

Ditemukan, mereka yang makan cokelat di atas rata-rata selama sebelas tahun memiliki risiko penyakit jantung koroner dan stroke lebih rendah dibanding mereka yang makan dalam jumlah sedikit atau tidak sama sekali.

Namun demikian, peneliti segera menyimpulkan orang yang sehat makan cokelat lebih banyak, seperti dilansir Consumer Reports.

Meskipun demikian, dikatakan bahwa cokelat susu yang beredar di pasaran, tidak sehat. Alasannya karena mengandung gula lebih tinggi. Sebaiknya memilih dark chocolate atau cokelat hitam, kendati rasanya lebih pahit.

Satu keuntungan yang dimiliki dark chocolate dibanding milk chocolate adalah kandungan serat.

Sebatang dark chocolate empat puluh gram mengandung lima gram serat. Sedangkan milk chocolate dalam berat yang sama mengandung satu setengah gram serat.

Dark chocolate kaya akan flavonoid, senyawa antioksidan yang juga ditemukan di teh dan wine, yang dapat mencegah penyakit jantung.

Namun di dark chocolate, kandungan flavonoid-nya lebih tinggi. Kandungan yang sama ditemui juga di milk chocolate.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan University of Aberdeen di Scotland tersebut menyimpulkan orang yang sehat makan cokelat lebih banyak akan terhindar dari penyakit jantung.

Meskipun demikian, dikatakan bahwa cokelat susu yang beredar di pasaran, tidak sehat.

Alasannya karena mengandung gula lebih tinggi. Sebaiknya memilih dark chocolate atau cokelat hitam, kendati rasanya lebih pahit.

Ada banyak orang yang mungkin tahan akan godaan makan makanan berlemak.

Namun hanya sedikit orang yang tahan dari godaan cokelat.

Cokelat memang terbukti sebagai salah satu makanan yang sulit untuk ditolak.

Sejak zaman dulu, cokelat memang sudah sangat populer dan termasuk makanan mahal.

Bagi masyarakat Aztec, mereka menggunakan cokelat sebagai alat tukar mata uang. Melihat bentuk dan kilau cokelatnya saja membuat air liur bisa menetes.

Cokelat juga dianggap sebagai comfort food yang bisa memperbaiki suasana hati seseorang.

Bukan Anda sendiri yang menganggap cokelat sebagai ‘obat’ antigalau atau cara memperbaiki mood.
Ada apa dengan cokelat yang bisa membuat orang susah menolaknya?

Mengutip Thrillist, jawabannya adalah karena otak Anda menganggap cokelat seperti narkotika.
Cokelat mengandung senyawa yang disebut enkephalin.

Senyawa inilah yang bertanggung jawab untuk mengubah rasanya yang enak menjadi ‘serangan’ yang sulit ditolak.

Penelitian menemukan bahwa enkephalin merangsang kinerja reseptor opioid yang meningkatkan dorongan untuk makan. Ini adalah reseptor yang bereaksi terhadap senyawa seperti morfin.

Efek senyawa ini bekerja dua arah, artinya konsumsi cokelat memacu produksi enkephalin, dan adanya tambahan enkephalin akan meningkatkan konsumsi cokelat.

Setelah Anda mulai makan cokelat, otak akan memberitahu Anda untuk makan lebih banyak lagi.

“Wilayah area otak yang diuji adalah bagian yang sama yang aktif ketika orang gemuk melihat makanan dan juga pecandu narkoba melihat obat terlarang,” ungkap penulis studi, Alexandra DiFeliceantonio.

Campuran gula dan lemak adalah dua kombinasi yang membuat cokelat ini menggoda. Stimulan rasa pahit yang disebut theobromine juga menjadi alasan penting.

Bagi manusia, theobromine analog dengan kafein.

Dan ketika kafein dan cokelat digabungkan maka ini bisa meningkatkan mood, konsentrasi, dan gairah seseorang. Ini adalah sebagian alasan mengapa cokelat jadi adiktif.

Selain karena adanya senyawa tersebut, sulitnya Anda menghindari ‘pesona’ cokelat adalah karena adanya kesan abadi yang tertinggal di dalam cokelat.

“Anda punya kenangan betapa enaknya rasa cokelat di masa lalu, dan juga bagaimana cokelat bisa membuat perasaan Anda lebih baik,” kata Dr Melina Jampolis,