close
Nuga Life

Betulkah Penggemar Kopi Itu Psikopat?

Majalah “reader digest,” menulis tentang seseorang yang gemar mengonsumsi kopi hitam tanpa gula, ketimbang latte, dapat mengindikasikan kecenderungan psikopat dalam dirinya.

Tulisan itu merujuk pada hasil sebuah studi dari University of Innsbruck, Austria, tentang mereka yang lebih memilih kopi hitam dikaitkan dengan  karakteristik psikopat atau sifat sadis.

Ya,minum kopi sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat.

Tapi siapa sangka, ternyata, pilihan jenis sajian kopi juga dapat menentukan karakteristik seseorang.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Appetite, yang melakukan survei pada lebih dari seribuan  orang dewasa mengenai pilihan rasa yang mereka sukai.

Setelahnya, mereka mengambil tes empat kepribadian yang mencakup narsisme, psikopat, sadisme, dan agresif.

Hasil penelitian itu menemukan adanya kaitan antara peminum kopi hitam dan penikmat rasa minuman pahit lainnya, dengan karakter sadis atau psikopat.

Selain itu, kelompok yang lebih menyukai rasa susu atau gula dalam kopinya, atau rasa manis lainnya, cenderung orang yang simpati, dapat bekerja sama, dan baik.

Tapi, jangan takut dulu. Peneliti menjelaskan, penelitian mengenai rasa kopi pahit ini masih perlu diobservasi lebih jauh dan studi yang lama.

Para peneliti juga belum memiliki alasan jelas di balik hubungan antara penyuka rasa pahit dengan kepribadian tersebut.

Penelitian lainnya juga telah menemukan khasiat kopi hitam untuk kesehatan tubuh.

Di mana mereka yang lebih banyak konsumsi kopi murni tanpa tambahan gula atau susu, cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik, dibanding peminum kopi dengan tambahan gula atau susu.

Sebuah penelitian lainnya juga menungkapkan bahwa kecanduan kopi ternyata dipengaruhi oleh gen yang ada di dalam tubuh kita.

Selain itu, penemuan ini juga memberikan penjelasan baru mengenai mekanisme biologis dari metabolisme kafein.

Dilansir laman The Sun, para ilmuwan dari University of Edinburgh telah mengidentifikasi bagian dari DNA seseorang yang mengikat konsumsi kafein mereka.

Hasilnya, mereka yang memiliki variasi DNA di dalam gennya yang disebut PDSS2, cenderung meminum lebih sedikit kopi per hari.

Penemuan tersebut mengatakan, gen tersebut mengurangi kemampuan sel tubuh untuk memecah kafein, sehingga menyebabkan kafein itu menetap dalam tubuh lebih lama.

Artinya, pengendali variasi gen tersebut tidak perlu minum kopi lebih banyak untuk mendapatkan efek kafein yang sama.

“Hasil penelitian kami menambahkan hasil penelitian yang sudah ada, bahwa dorongan untuk meminum kopi, kemungkinan sudah tertanam dalam gen kita,” kata Dr Nicola Pirastu, seorang ilmuwan dari Usher Institute universitas tersebut.

Meaki begitu, Dr Nicola menambahkan, timnya masih harus melakukan penelitian lebih luas lagi untuk memastikan penemuan tersebut, serta mengklarifikasi tautan biologis antara PDSS2 dengan konsumsi kafein.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports tersebut, para peneliti menganalisis informasi genetis orang yang tinggal di desa kecil di selatan Italia, dan  orang dari enam desa di timur laut Italia.

Dari masing-masing penelitian, para partisipan diminta untuk mengisi survei berupa pertanyaan mengenai berapa cangkir kopi yang mereka minum setiap hari.

Tim peneliti, kemudian menemukan bahwa orang dengan variasi DNA PDSS2 cenderung meminum lebih sedikit kopi dibanding mereka yang tidak memiliki variasi DNA tersebut.

Efek kafein yang dihasilkan pun hampir sama dengan sekitar satu cangkir lebih sedikit per hari secara rata-rata.

Para peneliti lalu mereplika penelitian yang sama pada seribuan lebih orang di Belanda. Hasilnya sama, namun efeknya pada gen dengan jumlah cangkir kopi yang diminum sedikit lebih rendah.

Para peneliti mengatakan, hal ini mungkin karena perbedaan jenis kopi yang diminum di kedua negara tersebut.

Di Italia, orang-orang cenderung meminum dalam cangkir yang lebih kecil seperti espresso, sedangkan di Belanda, seleranya lebih kepada cangkir yang lebih besar yang mengandung lebih banyak kafein secara keseluruhan.

Selain itu ada kabar lain manfaat kopi, terutama bagi mereka yang mengalami disfungsi ereksi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di University of Texas Health Science Centre, Houston, Amerika Serikat, meminum kopi bisa memberikan efek sama seperti obat kuat.

Namun, bukan artinya Anda bebas meminum kopi dari kedai kopi, agar tak perlu lagi menggunakan obat kuat, tetapi kafein memang bisa berperan dalam meningkatkan vitalitas pria.

Bahkan, cukup dengan meminum kopi dua cangkir setiap hari dapat mengurangi risiko pria mengalami disfungsi ereksi.

Itulah hasil yang ditemukan dari perbandingan dengan pria yang tidak meminum kopi. Dampak yang sama pun juga bisa dirasakan pada pria yang obesitas.

Seperti dilansir laman The Sun, rekan penulis penelitian Rung Wang M.D. membuat perbandingan antara efek kafein pada penis dengan viagra.

Ternyata, minuman ini dapat membuat rileks arteri pada penis dan membuat aliran darah menjadi lebih lancar.

Meski begitu, jika Anda mengalami masalah ketika berhubungan seks, akan lebih baik jika Anda berkonsultasi dengan dokter daripada mencoba mendiagnosis sendiri.

Terdapat banyak penyebab masalah yang dihadapi pria di ranjang, termasuk di antaranya stres dan kelelahan. Ada pula masalah fisik yang berpengaruh seperti masalah hormon, atau pembuluh darah yang menyempit.

Biasanya, ada masalah lain yang lebih besar di balik masalah pria ini. Terkadang, masalah ereksi merupakan tanda awal adanya penyakit jantung, di mana pasokan darah ke jantung terganggu.

Tags : slide