close
Nuga Life

Stres Merusak Tulang

Betulkah stress merusak tulang? Nampaknya ini kabar terbaru dan juga terburuk bagi mereka yang sering kedatangan stress.

Dan,  tentu saja, pada zaman sekarang stress  tidak hanya menjadi milik orang dewasa,  pekerja paruh umur atau perempuan “mature” tapi juga sudah menjalar pada anak-anak.

Stres  sering datang menyelinap dalam  bentuk frustasi, kemarahan, kecemasan, depresi dan dalam bentuk apapun ia menghapiri,  ternyata ia mempunyai efek yang  dapat merusak struktur  tulang, yang menurut studi terbaru itu amat  mengerikan.

Sebuah studi yang dikutip dari Times of India, Selasa dikatakan bahwa stres dapat mengurangi jumlah mineral di dalam tubuh.
Studi berulang telah menunjukkan bagaimana stres negatif memengaruhi kepadatan mineral tulang, yang merupakan jumlah bahan mineral per sentimeter persegi tulang.

Dr Pradeep Bhonsle, Kepala Ortopedi di Rumah Sakit KEM, mengatakan stres memainkan peran penting secara pelahan tapi pasti yang akan memicu timbulnya osteoporosis.

Jaringan tulang dalam tubuh dijalankan oleh dua jenis sel: osteoblas yang membantu dalam penyetoran jaringan tulang baru dan osteoklas yang memecah jaringan tulang tua.

Nah, kepadatan tulang ditentukan oleh tingkat di mana sel-sel ini bekerja.

“Saat stres, kelenjar adrenal akan meningkatkan produksi kortisol.

Kortisol, yang dikenal sebagai ‘hormon stres’ seperti itu dikeluarkan oleh tubuh dalam respons terhadap stres , dapat mengurangi kepadatan tulang dengan menghambat osteoblast tulang-bangunan,” katanya.

Dengan menurunnya aktivitas osteoblas, jaringan tulang dalam tubuh akan lebih banyak dipecah daripada disimpan. Kepadatan tulang yang rendah akhirnya menyebabkan osteoporosis.

Menariknya, Amerika yang memiliki angka asupan kalsium tertinggi merupakan pemegang tinkgat tertinggi osteoporosis.

Solusinya, para ahli kesehatan mengatakan tidak bisa hanya dengan mendapatkan lebih banyak kalsium, tetapi juga dengan mengurangi buar air.

“Ketika Anda menghadapi stres, Anda kehilangan kalsium melalui urine. Kortisol berlebih dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium dan menimbulkan lonjakan ekskresi.” kata Dr Bhonsle menambahkan.

Tak perlu dikatakan, asam fosfat dalam minuman ringan bertindak sebagai agen korosif dan merupakan penyebab utama kalsium dan kehilangan mineral dari tulang dan gigi.

Dr Bhonsle menunjukkan bahwa efek stres memiliki reaksi dan hasil yang sama.

“Stres menyebabkan keasaman yang menghambat pencernaan yang optimal dari makanan. Keasaman ini juga menghambat metabolisme mineral yang penting untuk kesehatan tulang.

“Bahkan, tanpa penyerapan mineral ini, diet yang sangat bergizi tidak ada gunanya untuk tulang Anda,” katanya.

Studi itu dalam publikasinya juga menemukan bahwa orang yang menderita depresi memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dan lebih rapuh daripada yang lain.

Ketika depresi, otak menggunakan sistem saraf simpatik (yang merespon bahaya yang akan datang atau stres) untuk meningkatkan sekresi noradrenalin dalam tulang, zat kimia yang menghambat osteoblast.

Peneliti mengatakan bahwa depresi meniru efek dari stres.

Stres dan perasaan ‘down’ secara konstan membuat orang mencari kenyamanan dalam ‘junk food’ yang tidak kaya akan kalsium, magnesium dan nutrisi penting lainnya yang membantu mencegah osteoporosis.

“Pilihan makanan yang salah tersebut diterjemahkan ke dalam nutrisi tulang yang tidak memadai.

Selain itu, waktu makan yang tidak menentu dan aktivitas multitasking seperti makan sambil SMS atau bekerja akan menghalangi proses pencernaan yang optimal.

Tentu saja, asupan rutin vitamin D3, yang diperoleh dari matahari pagi juga penting karena membantu dalam pemanfaatan mineral dalam tulang.

Untuk diketahui osteoporosis adalah penyakit di mana tulang menjadi tipis, rapuh dan rentan terhadap fraktur. Tulang yang ada seharusnya terus-menerus digantikan oleh tulang baru.

Faktor risiko untuk kondisi ini termasuk penuaan, berat badan rendah, hormon seks rendah seperti selama menopause, alkoholisme dan merokok.

Hal ini dapat dicegah dan diobati dengan meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D.

Akibat menderita osteoporosis, sekitar setengah dari semua perempuan di atas usia 50 akan menderita patah tulang pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.

Memang banyak cara mengatasi kerusakan tulang ini. Minum susu atau makanan lainnya juga dengan olahraga yang teratur dan terukur.

Tentu pula pencegahan paling efektif adalah menetralisir dan mengendalikan stress kea rah yang positif.