close
Nuga Life

Bertemanlah dengan Orang Yang Bahagia

Majalah “time” dalam edisi terbarunya pekan ini menyarankan agar Anda berteman dengan orang yang bahagia

“Berteman  dengan orang-orang bahagia akan membuat kita juga bahagia,” tulis “time.”

Studi itu semula dimuat  dalam jurnal Royal Society Open Science

Disebutkan, kegembiraan atau kesedihan, bisa disebarkan melalui pertemanan, baik secara online atau kehidupan nyata.

Dalam peenlitian terhadap  dua ribuan pelajar di Amerika terungkap, anak-anak yang berteman dengan anak yang mengalami bad mood, cenderung akan mengalami emosi yang sama. Ketika siswa memiliki teman yang gembira, kegembiraan itu juga menular.

Emosi yang termasuk dalam gejala depresi, seperti perasaan kelelahan, tidak berdaya, dan kurang minat, juga memiliki pola yang sama.

Para ahli menyebutnya sebagai “penularan sosial”.

Meski begitu, merasakan emosi yang sama dengan orang di sekitar ternyata hal yang normal. Jadi, kita tidak perlu menghindar dari teman tersebut.

Anda justru bisa menjadi sumber kegembiraan bagi orang lain yang mungkin sedang depresi.

Penelitian menunjukkan, olahraga, tidur cukup, dan pengendalian stres, merupakan cara yang ampuh untuk mengurangi gejala depresi.

Mencoba menyingkirkan perasaan tidak bahagia, seperti melakukan hal-hal positif, ternyata tak mampu membuat Anda benar-benar merasa bahagia kembali.

Ketika merasa tidak bahagia, banyak orang yang secara alami mencoba menyingkirkan pikiran itu, seperti beralih ke sesuatu yang positif, dengan harapan dapat merasakan kebahagiaan kembali.

Tetapi, menurut Mo Gawdat penulis buku Solve for Happy, menyingkirkan perasaan tidak bahagia bukanlah jalan keluar dalam menemukan kebahagiaan kembali.

Rasa tidak bahagia yang sengaja dilupakan itu, sewaktu-waktu dapat kembali dan membuat ketidakbahagiaan Anda menjadi berkepanjangan.

“Ketika sesuatu memicu ketidakbahagiaan, langkah terbaik adalah ‘mengunjunginya’ dan menghadapinya,” kata Gawdat pada sebuah takshowbaru-baru ini di New York City, yang dirangkum oleh Shana Lebowitz di Business Insider.

Gawdat mengibaratkan rasa tidak bahagia seperti sakit perut, Anda harus menemukan sebab utamanya dan melakukan perawatan untuk kembali sembuh. Hanya saja, terkadang lebih mudah mengenali penyakit fisik ketimbang menyadari bahwa Anda merasa tidak bahagia.

“Bila ada sesuatu yang mengganjal di hati, membuat Anda sulit tersenyum, dan lebih ingin menangis atau mengurung diri, berhentilah sejenak untuk mengenali perasaan Anda lebih dalam,” Gawdat  menjelaskan.

“Bahkan jika Anda belum tahu apa penyebabnya, akuilah bahwa ‘Saya tidak merasa baik-baik saja.'”

Walau saran Gawdat mungkin terdengar tidak nyaman, sebuah penelitian mendukung saran tersebut.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology edisi Agustus menyebutkan, rahasia kebahagiaan adalah kemampuan untuk bisa merasa “payah”, sedih, atau apapun itu yang membuat Anda tidak bahagia.

Penelitian tersebut menyurvei dua ribu tiga ratus mahasiswa usia kuliah di A.S., Brazil dan China, dan menanyakan kepada mereka tentang emosi yang mereka ingin rasakan, ingin mereka kurangi, dan emosi mana yang sebenarnya sedang mereka rasakan.

Para mahasiswa yang melaporkan kepuasan hidup lebih besar dan lebih sedikit gejala depresi adalah mereka yang benar-benar merasakan emosi apa pun, baik itu negatif maupun positif.

“Ingin bahagia atau gembira sepanjang waktu tidak terlalu realistis, begitu juga dengan berkata ‘saya baik-baik saja’ sepanjang waktu,” kata penulis studi Maya Tamir, seorang profesor psikologi di The Hebrew University of Jerusalem, kepada HuffPost.

“Jika kita bisa menerima dan bahkan menyambut emosi negatif yang kita miliki, mengakuinya, dan mencari jalan keluar, baik itu sendiri atau dengan bantuan orang lain, kita cenderung lebih bahagia dan lebih puas. ”

Jadi, saran Gawdat, pada saat Anda merasa tidak bahagia, cobalah untuk benar-benar merasakan apa yang membuat Anda tidak bahagia.

Menangislah bila perlu. Dan bila memungkinkan, berbagilah dengan orang yang benar-benar Anda percaya, sehingga rasa tidak bahagia perlahan akan berkurang, dan tergantikan oleh rasa yang lebih positif.