close
Nuga Life

Begadang Bisa Bikin Hormon Seks Menurun

Begadang?

Wah, hati-hati dengan kebiasaan ini.

Lantas?

Kebiasaan  begadang  jika dibiarkan begitu saja bias menurunkan kadar hormon testosteron seorang pria.

Penelitian menemukan bahwa pria yang waktu tidurnya di bawah rata-rata sebanyak enam koma sembilan jam, akan kehilangan satu setengah  persen hormon testosteron, menurut laporan Dailymail,

Para peneliti yang dipimpin oleh University of Miami mengamati rata-rata

Mereka memiliki waktu tidur antara dua sampai dua belas jam setiap malam.

Kendati terjadi penurunan kadar testosteron yang tercatat, itu dalam kisaran normal. Penelitian juga menemukan bahwa massa tubuh tinggi dan mengonsumsi alkohol menyebabkan kadar testosteron menurun drastis.

Tidur dapat mengurangi testosteron dengan menganggu sinyal otak yang mengontrol hormon seks.

Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan di Denver, mengungkapkan bahwa “kualitas tidur” harus diperhitungkan ketika mempelajari penurunan kadar, yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual, depresi, dan kelelahan.

Presiden International Chromosome and Genome Society, Profesor Darren Griffin, mengatakan bahwa hal itu tidak mengejutkan.

Ia mengatakan, “Kurang tidur memiliki sejumlah efek buruk terhadap kesehatan dan kita semua tahu bahwa betapa buruknya fungsi tubuh ketika kita tidak dapat tidur nyenyak”.

Pada 2014 lalu, sebuah penelitian menunjukan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan rusaknya sel-sel otak.

Berdasarkan penelitian dalam The Journal of Neuroscience, pengujian pada tikus menunjukkan kurang tidur yang berkepanjangan menyebabkan  dua puluh lima persen sel-sel otak mati.

Penelitian ini menguji tikus laboratorium untuk tetap terjaga agar kurang tidur dan meniru perilaku kehidupan modern, seperti shift malam atau berjam-jam di kantor.

Tim penelitian dari Universitas Pennsylvania itu mempelajari sel-sel otak tertentu yang terlibat dalam menjaga kesiagaan otak.

Setalah beberapa hari mengikuti pola tidur yang dilakukan oleh pekerja malam, hanya dengan waktu tidur antara empat sampai lima jam dalam dua puluh empat  jam, tikus kehilangan dua puluh lima persen  dari sel-sel otak, yang dikenal sebagai neuron-neuron locus coeruleus

Para ilmuwan mengatakan ini adalah bukti pertama bahwa kurang tidur dapat menyebabkan hilangnya sel-sel otak.

Prof. Sigrid Veasey dari Center for Sleep and Circadian Neurobiology mengatakan kepada BBC, “Kami sekarang memiliki bukti bahwa kurang tidur dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan”.

Penelitian juga menemukan bahwa massa tubuh tinggi dan mengonsumsi alkohol menyebabkan kadar testosteron menurun drastis.

Tidur dapat mengurangi testosteron dengan mengganggu sinyal otak yang mengontrol hormon seks.

Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan di Denver, mengungkapkan bahwa “kualitas tidur” harus diperhitungkan ketika mempelajari penurunan kadar, yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual, depresi, dan kelelahan.

Presiden International Chromosome and Genome Society Profesor Darren Griffin mengatakan bahwa hal itu tidak mengejutkan.

“Kurang tidur memiliki sejumlah efek buruk terhadap kesehatan dan kita semua tahu bahwa betapa buruknya fungsi tubuh ketika kita tidak dapat tidur nyenyak,” kata Griffin.

Penelitian lainnya juga mengungkapkan, para pria dan wanita yang kurang tidur dilaporkan mengalami penurunan hasrat seksual sehingga mereka menjadi kurang berminat untuk melakukan aktivitas seksual.

Kualitas tidur yang buruk dapat merusak kesehatan fisik dan psikis, padahal keduanya adalah aspek penting untuk menunjang seks. Seseorang sering kelelahan dan kurang berenergi akibat waktu tidur yang kurang efektif. Apa penyebabnya kurang tidur menurunkan gairah seks?

Testosteron memainkan peran penting dalam gairah seks seseorang, terutama pria. Kurang tidur dapat menurunkan kadar testosteron yang berarti mengurangi gairah seks Anda.

Studi tujuh tahun silam yang publikasikan dalam Journal of American Medical Association, menemukan bahwa setelah satu minggu kurang tidur, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron sebesar lima belas persen.

Penelitian dari Universitas Michigan menemukan bahwa wanita yang waktu tidurnya cukup dapat merespon rangsangan kelamin dengan pelumasan vagina yang lebih baik, dibandingkan wanita dengan durasi tidur rata-rata lebih rendah.

Pelumasan vagina adalah kunci agar seks terasa menyenangkan dan tidak terasa sakit.

Beberapa studi telah menemukan hubungan antara disfungsi ereksi dan kurang tidur.

Dalam sebuah studi tahun Sembilan tahun lalu yang dimuat dalam jurnal US National Library of Medicine National Institutes of Health, para peneliti melakukan pemeriksaan medis pada 401 pria yang diduga memiliki sleep apnea atau henti napas saat tidur.

Di antara mereka yang didiagnosis dengan gangguan tidur, tujuh puluh persen juga memiliki disfungsi ereksi. Para peneliti percaya kedua hal ini ada hubungannya.

Setelah mereka menjalani perawatan untuk sleep apnea, disfungsi ereksi yang mereka miliki cenderung berkurang dan kehidupan seks mereka juga semakin baik.

Kurang tidur berefek secara mendalam pada otak, terutama pada lobus frontal yang memengaruhi pengambilan risiko, pengambilan keputusan, dan penalaran moral.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal SLEEP menemukan bahwa kurang tidur satu malam saja sudah bisa membuat pria salah menilai minat seks pasangannya.

Pria menjadi cenderung berpikir bahwa wanita benar-benar menginginkan melakukan seks dengannya.

Studi lainnya yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine menemukan bahwa wanita dengan sleep apnea lebih mungkin untuk memiliki tekanan seksual (kesulitan personal terkait seks) dan lebih mungkin mengalami disfungsi seksual.

Dalam sebuah artikel yang dimuat jurnal SLEEP, peneliti menemukan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan tekanan psikologis.