close
Nuga Life

Bahayanya Cukur Rambut Kemaluan

Rambut kemaluan?

Ya!!

Kini banyak orang yang memilih menghilangkannya.

Padahal riset terbaru, seperti di tulis “time.com,” Jumat, 09 Desember 2016, rambut atau lebih pasnya bulu di kemaluan itu  justru mampu menghindari risiko penularan infeksi menular seksual atau dikenal dengan IMS.

Dalam sebuah studi yang baru diterbitkan di jurnal Sexually Transmitted Infections, peneliti mensurvei ribuan orang Amerika Serikat mengenai riwayat seksual mereka, kebiasaan membersihkan rambut kemaluan dan apakah mereka memiliki IMS.

Seperti diketahui menghilangkan rambut kemaluan amatlah populer di AS.

Sekitar enam puluh enam  persen pria dan delapan puluh empat persen wanita membersihkan rambut di kelamin lewat metode waxing, cukur, laser.

Mereka yang membersihkan rambut kemaluan ini cenderung berusia muda, aktif secara seksual dan punya lebih banyak pasangan seksual.

Mereka cenderung melaporkan mengalami IMS, termasuk di antaranya herpes, HPV, sifilis, gonorea, chlamidia atau HIV.

Bahkan setelah peneliti menyesuaikan faktor yang mempengaruhi asosiasi tersebut, seperti usia dan jumlah pasangan seksual, menghilangkan rambut kemaluan dan penularan IMS masih berhubungan kuat.

Semakin sering seseorang menghilangkan rambut kemaluannya, hubungan itu makin kuat. Orang yang menghilangkan rambut kemaluan setiap hari atau minggu ternyata tiga setengah sampai empat  kali cenderung memiliki riwayat IMS.

Hasilnya tidak berarti mencukur dan waxing akan meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit menular seksual.

Studi cross sectional ini hanya gambaran dan tak dapat menemukan sebab dan akibatnya atau menemukan mana yang terjadi lebih dulu, mencukur atau infeksi.

“Terlebih lagi, orang yang disurvei tak dimintai keterangan penyakit IMS yang dikonfirmasi secara medis dan riwayat penyakit yang dilaporkan sendiri tak selalu dapat dipercaya,” kata ketua peneliti Dr Charles Osterberg, asisten profesor bedah di University of Texas Dell Medical School.

Tetapi studi pengamatan yang digambarkan Osterberg sebagai yang terbesar untuk melihat pola pembersihan rambut di kelamin di AS menimbulkan banyak pertanyaan.

Mungkin ketika dicukur, terjadi sobekan mikro sehingga virus dan bakteri lebih mampu masuk ke dalam kulit. Mungkin juga pencukuran merupakan tanda seseorang cenderung melakukan seks berisiko.

Jika itu benar, Osterberg mengatakan,”Jika dokter menemukan bukti pencukuran saat pemeriksaan fisik, mungkin dokter harus meminta praktik seks lebih aman atau riwayat seks mereka.”

Dibutuhkan riset lebih jauh untuk menentukan apa peranan pencukuran dalam penularan IMS. “Masyarakat moderen mendikte persepsi mengenai kenormalan genital kita dan arti merasa menarik, feminin atau maskulin sudah berubah,” ujar Osterberg.

Dr Vanessa Mackay dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists mengungkapkan, rambut kemaluan sangat penting untuk mencegah bakteri patogen masuk ke vagina.

“Rambut kemaluan menjadi penghalang alami untuk menjaga area organ intim tetap bersih, mengurangi kontak dengan virus dan bakteri, dan untuk melindungi kulit yang lembut,” ujar Vanessa seperti dikutip dari The Independent.

Vanessa menjelaskan, area organ intim sangat lembat sehingga memicu pertumbuhan bakteri patogen. Rambut di area organ intim justru melindungi vagina dari partikel asing, seperti bakteri.

“Rambut kemaluan juga membantu untuk mengontrol kelembaban daerah organ intim sehingga menurunkan risiko infeksi jamur,” lanjut Vanessa.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Dermatology, mayoritas perempuan di Amerika Serikat mencukur rambut kemaluan mereka. Prevalensi tertinggi yaitu pada usia sekitar 18-34.

Menurut Vanessa, mencukur rambut kemaluan juga meningkatkan berbagai komplikasi, seperti infeksi vagina dan vulva, radang folikel rambut, abses, dan reaksi alergi. Jika folikel rambut meradang, bisa meninggalkan luka terbuka di kulit.

Bahkan, mencukur rambut kemaluan juga bisa meningkatkan risiko lebih tinggi tertular kutil kelamin. Untuk itu, para wanita diminta memertimbangkan manfaat kesehatan sebelum memutuskan untuk mencukur rambut kemaluan.

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology mengungkapkan, bahwa mayoritas perempuan mencukur semua atau sebagian dari rambut kemaluan  mengalami komplikasi kesehatan tertentu.

“Banyak perempuan tidak memahami risiko mencukur rambut kemaluan mereka, karena saat mencukur rambut pada bagian lain, mereka tidak mengalami komplikasi apapun,” kata Andrea DeMaria, peneliti utama dari Center for Interdisciplinary Research in Women’s Health, Departemen Obstetri & Ginekologi di University of Texas Medical Branch.

DeMaria dan rekan-rekannya menerbitkan kuesioner tentang perilaku mencukur rambut kemaluan dan kemungkinan komplikasi yang diakibatkannya.

Wanita yang kurang berat badan atau berberat badan normal, dilaporkan lebih banyak yang mencukur semua atau sebagiani rambut kemaluan mereka dibandingkan dengan wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Namun, wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas yang mencukur sebagian rambut kemaluan mereka, dua kali lebih mungkin untuk mengalami komplikasi dan tiga kali lebih mungkin jika yang dicukur adalah seluruh rambut kemaluannya.

Dari seluruh wanita yang mengalami komplikasi, kurang dari lima persen yang menemui dokter untu membahas masalah mereka.

Untuk menghindari komplikasi, seperti iritasi karena pisau cukur, gatal, luka epidermal, infeksi genital, dan rambut tumbuh ke dalam, DeMaria merekomendasikan, pencukuran menggunakan pisau cukur listrik steril bukan pisau cukur biasa.

Setelah membasahi daerah kemaluan dengan air hangat atau sabun tanpa pewangi (untuk menghindari alergi), cukurlah dengan gerakan melawan arah tumbuhnya rambut.

Keringkan dengan cara menempelkan handuk kering, lembut dan bersih dan bukan menggosoknya, karena kini area itu tidak memiliki rambut untuk melindunginya terhadap gesekan. Kenakan celana katun yang memungkinkan kulit mudah untuk bernapas.