close
Nuga Bola

Van Gaal! Mana Identitas United

Manchester United di bawah kepemimpinan Louis van Gaal kehilangan identitas “british”nya dan bergulat dengan akulutrasi pola ke”belanda”an ketika beradaptasi dengan Premier League yang syarat eksprimen.

Hingga berakhirnya kompetisi liga dan Manchester United finis di posisi empat, belum ditemukan identitas baku dalam permainan klub Old Trafford itu disetiap laganya.

Daily Mail mengkritik van Gaal sebagai eksprimen sejati lewat pergantian pola di setiap laga “Setan Merah.”

“Ia harus tahu tradisi Premier League yang memberi ruang bagi permainan yang sangat british, terutama untuk Manchester Merah,” tulis “Mail,” Rabu, 17 Juni 2015.

Ketika masih ditangani Sir Alex Ferguson, Manchester United dikenal sebagai tim yang sangat british.
Dan “Mail” mempertanyakan bagaimana ketika mereka ditangani Louis van Gaal sekarang?

Mail menjawabnya dengan kalimat pendek, “Itulah yang masih belum diketahui.”

Di tangan Ferguson, United dikenal sebagai tim yang tidak hanya tampil menyerang, tetapi juga determinan.

Pada era sembilan puluhan, era di mana mereka mendominasi sepakbola Inggris, skuat United diisi oleh sekelompok pemain keras kepala dan temperamental; dua di antaranya adalah Eric Cantona dan Roy Keane, sementara beberapa lainnya adalah pemain-pemain semodel Gary Pallister dan Peter Schmeichel –yang nyaris tidak berhenti meneriaki bek-bek di depannya sepanjang laga.

Itu baru dari soal sifat dan karakteristik tim.

Dari soal gaya main, Ferguson adalah penyuka permainan sayap, tidak peduli seperti apa pun formasi yang dia pasang. Ferguson adalah penggemar empat-=empat-dua, namun dalam perjalanannya, dia kemudian memodifikasi formasinya menjadi empat-empat-satu-satu dan empat-tiga-tiga.

Ketika terakhir membawa United menguasai Eropa, yakni di tujuh tahun lalu, Ferguson memainkan formasi empat-tiga-tiga tanpa seorang penyerang murni.

Ketiga pemain depannya ketika itu, Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, dan Carlos Tevez, bergerak cair. Namun demikian, tetap saja Ferguson masih tidak meninggalkan gaya khas British; permainan sayap dan umpan-umpan silang masih terlihat dari timnya.

Sepeninggal Ronaldo, gaya main United berubah menjadi lebih konvensional. Winger yang dibeli sepeninggal Ronaldo, Antonio Valencia, bukanlah tipe pemain yang bergerak dinamis layaknya Ronaldo. Valencia adalah winger satu dimensi nan klasik.

Dia lebih sering menggunakan kaki kanannya dan melepaskan crossing –alih-alih melakukan tusukan atau cutting inside seperti kebanyakan pemain sayap modern.

Ketika Ferguson pensiun dan penggantinya, David Moyes, gagal memugar skuat dan permainan United, tugas berat pun jatuh di tangan Van Gaal.

Meski sudah menghabiskan ratusan juta pounds untuk membeli pemain, Van Gaal menemukan bahwa skuat ‘Setan Merah’ masih minim keseimbangan. Imbasnya, Van Gaal harus berkompromi memainkan berbagai gaya sepanjang musim ini.

Ketidakseimbangan itu bisa terlihat dari minimnya pemain yang bisa menjadi holding midfielder. Di United, peran tersebut dijalankan dengan baik oleh Michael Carrick.

Namun, ketika Carrick absen akibat cedera, lini tengah United pun goyah. Tak heran jika Van Gaal bertekad membeli gelandang yang bisa memainkan peran seperti Carrick pada bursa transfer musim panas ini
Eks penyerang United, Michael Owen, menyebut bahwa sejauh ini identitas United masih belum jelas di tangan Van Gaal, tidak seperti ketika di era Ferguson.

“Mereka tidak bermain di Liga Champions dan oleh karenanya fokus mereka tidak terganggu. Tapi, mereka tetap harus bersusah payah untuk masuk empat besar setelah menghabiskan banyak uang,” ujar Owen kepada ESPNFC.

“Mereka belum bisa dibandingkan dengan tim yang seperti kita harapkan di bawah Sir Alex Ferguson dan saya tidak tahu bagaimana mereka akan bermain di Premier League dan Liga Champions musim depan.”

“Apakah mereka akan bermain dengan sayap atau mereka akan membangun sebuah tim yang kokoh di lini tengah? Jadi, seperti apa sebenarnya tim milik Louis van Gaal?” tanya Owen.

Berbeda dengan Ferguson yang kental dengan nuansa British, Van Gaal adalah pelatih yang sepanjang kariernya setia dengan gaya Eropa daratan.

Menanamkan dan mengubah gaya main berbeda pada sebuah tim yang lebih dari dua dekade bermain dengan gaya British bukanlah perkara mudah. Van Gaal sendiri mengindikasikan, proses tersebut masih berlangsung.

“Saya harus menyusun tim berdasarkan berbagai pertimbangan. Semuanya tergantung dari berapa banyak pemain baru yang didatangkan,” kata Van Gaal.

Tags : slide