close
Nuga Bola

Sevilla Menangkan “Sejarah Kutukan” Benfica

Sevilla memenangkan “sejarah” kutukan seratus tahun untuk Benfica, setelah di Turin, Italia, Kamis dinihari WIB, 15 Mei 2014, memenangkan laga final Liga Europa lewat adu penalti yang sangat dramatis.

Benfica, klub langganan juara Liga Europa, yang memenangkan “hiburan” untuk publik sepakbola dunia dengan bermain apik, hanya bisa menyesali ketidakmampuan mereka mareih trofi karena gagal membuat gol.

Kegagalan ini, oleh banyak media ditulis sebagai “realitas” sebuah kutukan yang berusia lebih lima puluh dua tahun, ketika, saat itu, pelatih “Elang Portugal,” nama sapaan Benfica, Guttman mengeluarkan umpatan bahwa klub elitis itu tidak akan pernah memenangkan laga juara di panggung Europa.

Guttman gagal mendapatkan kemurahan hati manajemen klub yang meminta kenaikan gaji pelatih dan pemainnya, usai Eusebio memenagkan Europan Cup, kini bernama Champions League, melawan Real Madrid di final.

Kutukan ini juga yang terjadi di Turin, Italia, ketika Kamis dinihari WIB, Sevilla menjadi kampiun Liga Europa musim ini dengan menundukkan Benfica.

Pahlawan kemenangan Sevilla, klub Spanyol yang mengukir sejarah dengan tiga gelar Liga Europa sepanjang eksistensi, terjadi di babak adu penalt ketika Beto, kiper klub La Liga itu menepis tendangan eksekutor Benfica, Oscar Cardozo dan Rodrigo dan mengukirkan bersejarah untuk timnya.

Sevilla harus berjuang hingga babak tos-tosan untuk menundukkan Benfica dalam pertandingan yang berlangsung di Juventus Stadium, Turin.

Sevilla memastikan kemenangan usai penendang keempat mereka, Kevin Gameiro, berhasil memasukkan bola ke gawang Benfica. Mereka menang dengan skor akhir empat banding dua.

Sevilla pun menjadi juara Liga Europa untuk ketiga kalinya, setara dengan raihan Juventus, Inter Milan, dan juga Liverpool.

Soal keberhasilan menjuarai Liga Europa musim ini, Beto pun menyebutnya sebagai raihan yang spesial. Dia juga mengaku bangga bisa tercatat dalam buku sejarah klub.

“Dengan harapan yang tinggi, kami tahu bahwa dia merupakan pemain yang tenang, pemain yang bisa mengatasi tekanan. Saya hanya ingin dia mencetak gol, jadi saat dia bisa melakukannnya seperti ada rasa gembira yang luar biasa di dalam dada. Rasa bangga dan kebahagiaan yang besar,” kata Betto di situs resmi UEFA.

“Itu merupakan momen yang indah dan bersejarah. Semua pemain ingin menjadi bagian di dalamnya, bahkan cuma bagian kecil dari sejarah klub. Hari ini kami mencatatkan sejarah. Dan saya bangga bisa menjadi bagian sejarah Sevilla,” imbuhnya.

Pelatih Sevilla, Emery memberikan pujian khusus buat tim pelatih kiper atas performa apik Beto di babak tos-tosan. Tak lupa, dia juga memuji seluruh penggawa Sevilla yang sudah bekerja keras untuk mempersembahkan trofi untuk para suporter.

“Tim kami tetap kompak dalam momen sulit malam ini. Kinerja yang luar biasa dengan para staf pelatih kiper sungguh sangat krusial, terutama saat membicarakan Beto,” kata Emery di situs resmi UEFA.

“Kami berharap untuk bisa mendapapatkan kesempatan kami -seperti yang didapat oleh Carlos Bacca-, tapi kami siap untuk kejadian apapun.”

“Sevilla sudah tak bermain di kompetisi Eropa dalam dua musim belakangan. Jadi, kami ingin melakukan suatu hal yang spesial.”

“Kami tahu bahwa ini bakal berat, tapi kami memiliki keinginan besar untuk mencapai final. Sungguh luar biasa bisa mencapai final dan memenanginya. Buat saya dan semua mengerti saya, ini merupakan suatu proses yang sudah banyak saya pelajari. Terima kasih untuk klun dan para suporter karena kami berada di sini hari ini,” imbuhnya.

Sementara itu, pelatih Benfica, Jorge Jesus menyebutkan bahwa tim terbaik tak menjadi pemenang dalam laga final Liga Europa musim ini.

“Ini merupakan final yang luar biasa meskipun tanpa gol. Itu merupakan laga yang terbuka. Sevilla memulai laga dengan lebih baik, tapi seiring dengan berjalannya laga kami meningkatkan performa dan kami merupakan tim yang lebih baik,” ucap Jesus di situs resmi UEFA.

“Kami menunjukkan kekuatan kami dan mempunyai beberapa kesempatan tapi kami tak bisa memanfaatkannya.”

“Di babak tambahan waktu, tim yang bermain dengan keyakinan lebih mengakhiri laga dengan kemenangan. Tim terbaik tak memenango Liga Europa. Saya mengucapkan selamat kepada para pemain saya dan tak ada yang bisa saya kritik,” ujarnya.

Entah kebetulan atau tidak, Benfica belum lepas dari kutukan mantan pelatihnya Bela Guttman. Sumpah serapah sang pelatih yang menyebut Benfica tidak akan juara di kompetisi Eropa terus berlanjut.

Kala itu, Guttman yang membawa Elang Portugal mengalahkan Real Madrid di babak final, menuntut kenaikan gaji atas kontribusinya mengantar Eusebio dkk. jadi jawara.

Namun, keinginannya tidak digubris manajemen klub. Singkat cerita, Guttman yang kecewa memutuskan hengkang, sembari mengutuk bahwa Benfica tidak akan juara di kompetisi Eropa dalam seratus tahun ke depan.

Dan sumpah serapah Guttman pun terbukti. Semusim berselang, Benfica kembali tampil di final European Cup. Namun, di partai puncak mereka harus mengakui keunggulan AC Milan yang jadi kampiun.

Kutukan itu kembali berlanjut dua musim berselang. Kali ini, giliran rival sekota AC Milan, Inter Milan yang mengagagalkan Benfica jadi juara European Cup.

Dan kutukan itu pun terus berlanjut setiap kali Benfica tampil hingga babak final. Manchester United, Anderlecht, PSV Eindhoven, Milan, dan Chelsea menjadi klub yang seakan-akan membuktikan kutukan itu benar adanya.

Terkini, Benfica kembali tampil di final untuk kali ke delapan di pentas Eropa. Di musim ini, skuad besutan Jorge Jesus tampil di final Europa League, berhadapan dengan Sevilla.

Dibayangi kutukan gagal di tujuh final, Oscar Cardozo dkk langsung tampil agresif sejak awal. Namun, penampilan solid dan disiplin pada punggawa Sevilla memaksa laga berakhir tanpa gol di waktu normal dan dua babak perpanjangan waktu. Adu penalti pun jadi solusi terakhir.

Nah, di momen krusial ini kutukan tersebut kembali datang. Dua algojo jagoan Benfica Oscar Cardozo dan Rodrigo gagal menjalankan tugasnya. Hasilnya, Benfica pun harus gigit jari kalah dan gagal di final untuk kali ke delapan.

Jika kutukan Benfica benar adanya, maka klub berjuluk Elang Portugal itu baru bisa mengangkat trofi juara di kompetisi Eropa lagi pada 2062.