close
Nuga Bola

Dikalahkan Everton Ruang Ganti MU Panas

Ruang ganti Manchester United memanas setelah takluk empat gol dari Everton dalam laga lanjutan Liga Inggris di Stadion Goodison Park

Dilaporkan Daily Mail, penggawa The Red Devils saling menyalahkan satu sama lain usai kekalahan memalukan tersebut. Paul Pogba dkk terlibat pembicaraan dengan nada tinggi yang terdengar hingga koridor luar ruang ganti.

Bukan itu saja, manajer tim Ole Gunnar Solskjaer, ‘mengurung’ para pemainnya selama satu setengah jam di ruang ganti. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan manajer asal Norwegia tersebut.

Man United tampil sangat buruk saat takluk dengan skor telak dari Everton. The Red Devils bahkan hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran ke gawang Everton.

Ironisnya, satu tembakan lewat Anthony Martial itu baru dilakukan pada menit ke-85. Sebelum itu, penyelesaian akhir tim tamu tak sekalipun bisa mengarah ke Jordan Pickford.

Pogba pun tak memungkiri bahwa ia dan rekan-rekan setim tampil mengecewakan saat takluk dari Everton.

“Apa yang kami lakukan di lapangan tidak menghormati rekan setim, staf, orang-orang, kit man, dan untuk semua. Untuk seluruh pekerjaan yang mereka lakukan,” ujar Pogba.

“Kami tidak memberikan mereka kegembiraan dan itulah yang membuat kami marah kepada diri kami sendiri,” ia melanjutkan.

Kekalahan ini membuat peluang Man United untuk lolos ke Liga Champions tergolong berat. Man United saat ini menempati peringkat keenam

Ya,  Manchester United mengalami keterpurukan jelang berakhirnya musim ini Rentetan hasil buruk itu membuat peluang The Red Devils lolos ke Liga Champions musim depan menipis.

Sejak ditinggal Sir Alex Ferguson pada akhir musim 2012/2013, Man United memiliki begitu banyak persoalan dalam taktik bermain hingga tampak begitu mudah ditumbangkan.

Terhitung mulai musim empat tajun lalu, Man United tidak pernah lagi meraih gelar juara Liga Inggris. Prestasi terbaik The Red Devils menempati peringkat kedua liga pada musim lalu.

Meski begitu dalam lima musim belakangan Man United masih bisa meraih empat trofi, termasuk Liga Europa.

Performa naik turun Man United kembali terjadi di musim ini, terutama di Liga Primer Inggris sejak awal musim. Setan Merah juga sempat terseok-seok di Liga Champions.

Belanja pemain yang rendah juga menunjukkan progres signifikan. Dalam sejumlah pertandingan, tim yang awalnya diasuh Jose Mourinho diklaim tampil lebih bertahan dan bermain membosankan.

Puncaknya Mourinho didepak pada Desember lalu setelah pengundian babak 16 besar Liga Champions. Manajemen Man United bergerak cepat dengan merekrut legenda Setan Merah, Ole Gunnar Solskjaer, sebagai manajer sementara.

Mendatangkan Solskjaer sempat menjadi angin segar untuk Man United saat meraih delapan kemenangan beruntun di semua kompetisi dan tidak terkalahkan dalam sepuluh laga di semua ajang.

Permainan Man United yang awalnya disebut lebih senang bertahan mulai berani bermain menyerang seperti era Alex Ferguson.

Tetapi, ujian pertama tiba ketika Marcus Rashford kalah dari Paris Saint-Germain di leg pertama babak enam belas besar Liga Champions. Beruntung bagi Man United, magis Solskjaer terjadi ketika menang pada leg kedua di Paris.

Sayangnya, lolos ke perempat final Liga Champions seperti pintu keterpurukan Man United menjelang akhir musim. Setelah itu Man United menelan dua kekalahan beruntun. Dari sembilan belas laga sebagai caretaker, Solskjaer meraih  empat belas kemenangan dan tiga kali kalah.

Torehan ciamik sebagai manajer sementara membuat Solskjaer diangkat sebagai manajer tetap dengan kontrak tiga tahun pada akhir Maret.

Ironis, setelah menjadi manajer permanen performa Man United justru jeblok di tangan Solskjaer. Dari enam laga sebagai manajer permanen, Solskjaer hanya bisa mempersembahkan dua kemenangan dan menelan empat kekalahan.

Ada beberapa  faktor keterpurukan Man United dikutip dari Sportskeeda:

Man United disebut memiliki lini belakang terburuk dalam satu dekade belakangan. Setelah ditinggal duet Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand, Man United belum lagi menemukan duo bek tengah dengan kemampuan tangguh.

Beberapa kali Man United berganti pemain belakang mulai dari Marcos Rojo, Daley Blind, Chris Smalling, Phil Jones, Victor Lindelof, hingga Eric Bailly, tetapi performa pemain itu tidak kunjung konsisten. Posisi bek sayap yang diisi Luke Shaw, Ashley Young, dan Antonio Valencia juga tidak memberikan kepuasan.

Selama ditangani Solskjaer, Man United dianggap lebih banyak bermain dengan semangat ketimbang taktik dan strategi. Karena itu, Solskjaer tidak bisa disejajarkan dengan Pep Guardiola, Juergen Klopp, atau Maurizio Sarri yang lebih banyak meraih kemenangan.

Untuk bisa meraih prestasi, Man United harus memiliki manajer yang tahu cara memenangi setiap posisi di lapangan.

Sektor tengah dan depan jadi salah satu pekerjaan rumah bagi Man United untuk saat ini. Kedua lini itu belum menunjukkan performa maksimal. Di depan, Romelu Lukaku, tidak lagi tampil ganas dan penampilan yang konstan.

Marcus Rashford sempat memberi asa untuk The Red Devils, tapi pemain dua puluh satu itu belum siap jadi tumpuan bagi Man United.

Di lini tengah, Paul Pogba boleh saja jadi gelandang produktif, tetapi pemain lini tengah lainnya macam Fred, Scott McTominay, hingga Nemanja Matic kerap kesulitan mengimbangi permainan para gelandang tim lawan.

Tags : slide