close
Nuga Bola

Review Laga “El Clasico”
Tensi Rendah “Special One”

Aroma El Clasico menguapkan greget sepakbola indah di langit awan Nou Camp,  di tengah auman  koor catalanista untuk  mengusir nasib buruk yang di nujumkan di  taji Los Blancos. Nujum yang berjampi-jampi kemenangan di hempangan selangkang kaki Christiano Ronaldo yang ingin megusir  La Barca diri tahta klasemen liga.

“Sebuah pertandingan yang menghentikan denyut jantung dan mengusik egoisme, sentimentil  dan aroganitas kedua tim, kedua kubu, dan  fans yang menonton tayangannya. Pertandingan number one,” tulis Assocciated Press (AP) Sports seusai laga yang menghibur tapi juga mencengkeram perasaaan. Bahkan Agence Franc Press (AFP) Sports secara khusus menulis El Clasico telah menghanguskan tayangan pertandingan lain di jam yang sama.  Fantastis.

Ingin buktinya? Ingat kembali  tayangan langsung Trans TV di pucuk malam tadi dan kenang betapa emosional  sahutan anak Catalunya  ketika anak-anak Espana meneriakkan “Ronaldo” saat kedua tim menyembul di lapangan dari terowongan stadion. Suara gaduh  anak Catalan yang menyuarakan alunan panjang yang menghardik dengan kata-kata berbau separatis bebaskan “Basq” dari penjajahan Espana. Alunan suara itu  sempat padam sejenak ketika mereka sadar Charles Puyol dan Gerard Pique absen di lapangan.

Tito Vilanova, sang pelatih Barca,  sepertinya ingin menghentikan spekulasi kondisi  Puyol setelah digeletakkan anak-anak Porto dalam pertandingan Liga Champions pertengahan pekan lalu. Puyol dipastikan cedera berat.

“Kalau tidak mana berani Tito mengistirahatkannya dalam pertandingan yang sangat krusial dan ambisius ini,” tulis  Reuters Sport. Yang mengejutkan adalah absennya Pique dan digantikan Adriano. “Ini jadi tanda tanya besar,” seperti  lanjutan review  yang  ditulis secara khusus oleh Reuters Sport.

Bagi penulis bola tak masalah Puyol istirahat dan digantikan Javier Mascherano. Itu memang posisi Mascherano yang menjadi second list dalam skuad Barca.  Begitu Puyol absen Mascherano pilihan pertama di bek sentral dengan fungsi yang berbeda. Puyol dalam posisi itu sering memainkan fungsi libero yang sering maju ke blok tengah membantu serangan di garis gawang.

Tapi, kehadiran Adriano, si bengal Brazil itu, dalam posisi melapis dengan Mascherano amat mengejutkan. Ia bek sayap. Dan Tito ingin bereksprimen di pertandingan paling gengsi itu.  Dan di awal pertandingan Barca memang keketeran dan pendukung Barca sempat berdegup dan menyesali ketidak hadiran Puyol maupun Pique.

Suara Catalan memang sempat hanyut dalam duka Puyol, tetapi  bergetar kembali ketika Lionel Messi menengadahkan kepala ke bagian timur Nou Camp,  seperti biasa dilakukannya kalai bertanding kandang, tempat pendukungnya mengibarkan spanduk “taklukkan los blancos, Messi.”

Messi memang menghujam dua gol, tapi tidak cukup untuk  menaklukkan Los Blancos karena Ronaldo juga membuat safety away di Nou Camp dengan memberikan satu angka untuk Barca dengan dua gol dari kakinya.

Dua gol dari kedua pemain global ini memaksa Jose Mourinho, sang pelatih Real Madrid mengocehkan komentar dengan tensi rendah. “Keduanya, Messi dan Ronaldo, adalah manusia dari planet lain.”

Banyak pengamat dan komentator sepakbola sejagat  mencatatkan komentar Mou berdurasi pendek ini sebagai  uluran  persahabatan dengan  Messi, anak Academy Barca itu, yang biasanya dilecehkan special one  sebagai second player Ronaldo. Ocehan Mourinho ini disambar oleh banyak media dunia sebagai trending topic dan menempatkannya di cover depan sebagai kepala berita.

Bacalah di laman portal web dunia. Tak ada yang mengalpakan pujian Mourinho untuk Ronaldo dan Messi. “Baru kali ini Mou mau berdamai dengan pikiran sehatnya bahwa Messi bukan pemain biasa. Sebelumnya, Mou alergi memuji Messi. Kali ini ia sangat gentlement, dan terima kasih Mou,” kutip AFP Sport dari seorang pendukung Barca  usai kedua tim membagi angka 2-2  tentang komentar sang pelatih  yang bermulut tajam itu.

Mou, kali ini, juga tak menghujat wasit, penjaga garis atau pun inspektur pertandingan. Ia juga menghindari untuk ngoceh tentang Tito Vilanova, pelatih Barca  yang kalem dan tak banyak cakap itu sebagai pelatih dijagat baru. “Hari ini Mourinho berdamai dengan waktu. Ia keluar dari kelelahan jiwa dan menerima seluruh aspek yang menyertai pertandingan kedua tim.”

Tampil fulltime dengan skuad terbaiknya, El Real sepertinya melupakan  matematika tika tiki Barca. Offensif di awal kick off, Madrid dengan garang  mengerahkan Karim Benzema, Oezil, Sergio Ramos dan Ronaldo dalam satu kesatuan akselerasi. Saling membuka ruang, melakukan one two passing serta merangsek dengan pressure attacking yang lincah, Mou sepertinya ingin memberitahu Barca bahwa tanpa Puyol dan Pique mereka terdegradasi.

Paling tidak, dari gebrakan Benzema, Ronaldo dan Oezil ini lahir peluang gol. Hanya saja, seperti dalam setiap pertandingan apa pun dan klub mana pun, gol tidak selamanya lahir dari kecerdasan strategi, teknik individual pemain dan kekuatan tim, tapi share dari lucky Dan Madrid di awal babak pertama itu memang belum beruntung. Benzema masih dijauhi dewi gol.

Ramos gagal. Benzema meleset. Tapi tidak untuk Ronaldo ia menghempaskan bola ke jaring gawang Victor Valdes lewat tendangan kaki kiri yang akurasinya terukur secara linear di menit 23.

Siapa pun penonton malam itu, pasti akan bergumam. Barca “habis.” Tidak untuk Nou Camp, stadion magis, yang tidak hanya sebagai sebuah  lapangan pertandingan. Nou Camp adalah napas Catalan napas pejuang Basqe dalam memperjuangkan sebuah harga kemerdekaan kepada Espana.

Tanpa Puyol maupun Pique, Messi berjanji tidak akan memberikan kemenangan kepada Mourinho. Di menit ke-30 kita dibuat terpana ketika si boncel yang baby face itu melakukan keeping di blok tengah lapangan melakukan akselarasi start dengan mementahkan hadangan Pepe dan Xavi Hernandez dan dengan sebuah hentakan passing khas Messi, kiper Iker Casillas terjengkang.

Itulah Barca. Dan pecahlah sorak khas catalan yang excelenty untuk mengundang kegembiraan bersama perpaduan tarian moor  bercampur andalusia serta bermetaforsa dengan kegarangan pelaut medateranian.

Usai babak pertama, Tito yang santun dikamar ganti memotivasi pemainnya dengan sebuah petuah. “Kita bermain di Nou Camp. Tak ada yangh salah di babak pertama. Kita tidak boleh kalah di babak kedua,” kata Tito menggugah.

Begitu kick off babak kedua Barca sudah kembali ke jalan yang benar. Mereka menemukan kembali momentum laga yang khas Barca, umpan pendek, membuka ruang dan terkadang membosankan dengan tika tiki yang monoton. Praktis Brca pegang kendali dan kesalahan Madrid adalah tidak sabaran dengan permainan satu dua Barca dan menggasaknya dengan tackling yang menghasilkan tendangan bola mati di luar garis gawang.

Ini juga yang sering diwejangkan Mou, tapi selalu di langgar. Gol kedua  Barca lahir dari tendangan bebas Messi yang datang melengkung di menit ke-61 dan memaksa Casilas memungut bola dengan lesu.

Berselang lima menit, pada menit ke- 66,  Ronaldo membayar utang keteledoran ini dengan gol yang tak kalah cemerlang. 2-2 lewat sebuah passing mendatar Oezil yang diantisipasi dengan baik oleh bintang Los Blancos itu.

Yang juga dicatat, di ujung pertandingan, menit ke 80,  Oezil ditarik dari lapangan untuk member Kaka kesempatan bermain. Tak banyak yang bisa dilakukan pemain asal Brazil yang menempati pemain line up. Padahal, sebelum laga El Clasico ini banyak pengamat minta Mou menurunkan Kaka full time.

Itulah kesudahan El Clasico. Kesudahan yang tidak memuaskan kedua fans tapi juga menghibur karena tidak ada yang dikalah. Kecuali Madrid yang masih tertinggal delapan poin di klasemen La Liga dan Barcelona masih tetap kukuh di puncak. [DBS]