close
Nuga Bola

Review Premier League
Bukan Main Bale!

NUGA.CO – Bukan main Bale! Gelandang serang asal Wales yang malam itu bermain elegant dan difungsigandakan sebagai play maker oleh “AVB”, begitu Andre Villas-Boaz, pelatih Spurs dipanggil, meruntuhkan semua spekulasi, analisis dan gosip tentang “kutukan” Old Trafford. Spurs tidak hanya memenangkan pertandingan 3-2 (2-0) tetapi juga menjengkangkan rencana coup de ta Manchester United terhadap Chelsea di puncak klasemen Premier League.

Dua jam sebelumnya, di Emirates, “duo londones,” “The Blues” Chelsea dan Arsenal bertarung bagaikan “gladiator” untuk mengukuhkan diri sebagai klub paling tangguh di London. “Pertandingan dramatis,” judul Asociated Press (AP) Sports mengulas kemenangan Chelsea 2-1 dari Arsenal. Dan pertandingan itu tidak hanya untuk memuncaki klasemen liga bagi Chelsea, tapi juga target bagi Wenger untuk bergeser dari nomor urut lima di daftar League.

Seperti suara koor, media Inggris secara serempak memuji Gareth Bale, yang sehari sebelumnya sudah diperingatkan Sir Alex untuk dibunuh gerakannya kepada Evans. Dan ternyata Evans keteteran untuk menghentikan akselerasi dan determinasinya yang amat liar. “Satu assist, satu gol dan satu bola rebound,” tulis Smith senior editor sepakbola AP Sports tentang tiga gol Tottenham Hotspurs di gawang Reds Devils.

Satu assist untuk Vertonghen. Satu gol yang dibuatnya dari sebuah gerakan yang dilakukan Dembele. Dan satu bola rebound dari tendangannya yang mental dari penjaga gawang Lindeggard dan diselesaikan dengan akurat oleh rekannya Clint Dempsey.

“Ia seorang otak rotasi malam itu. Ia tak merelakan sejengkal pun garis jelajahnya di akuisisi Ferdinand, Evan dan Rafael. Ia bergerak secara simultan dengan Dempsey. Menggertak, memprovokasi, melakukan trick passing yang sulit di cross ball positionnya. Hanya satu tujuan Balee malam itu, gol.”

Menguasai jalannya pertandingan lewat “start” determinasi, setelah peluit kick off di tiup, anak-anak Hotspurs tidak hanya membuat gelombang serangan beruntun, tapi juga melakukan pressure dengan atraktif. Memotong passing Ferdinand maupun Evans dan Evra di blok tengah, Bale melakukan “acrobatic” gerakan dengan mengajak Dempsey berduo ria mencecar Evan yang membentuk garis demarkasi bersama Ferdinand di tengah garis gawang. Bahkan, mereka juga melakukan permainan bola segi tiga dengan Mousa Dembele yang taktis.

“Saya tidak tahu kenapa mereka tergagap melihat aksi Bale, dan alpa menutup gerakannya. Saya juga heran mereka tidak mampu merebut inisiatif ketika menguasai bola. Ini kesalahan kami,” tutur Fergie, pelatih gaek, tentang blok pertahanannya yang lemah dan senaknya diutak-atik Spurs.

Padahal, sehari sebelumnya, Fergie kepada wartawan mengungkapkan optimismenya ketangguhan pemain bertahannya. “Kami telah menyelesaikan pembenahan pertahanan. Semuanya sudah beres. Ferdinand, Evan dan Rafael bisa lebih solid. Kami belajar banyak dari kelemahan ketika menghadapi Liverpool pekan sebelumnya, dan tak ada sisa keraguan bagaimana untuk mematikan serangan Spurs,” kata Sir Alex Ferguson ketika itu.

“Kami tidak beruntung. Kami telah membalikkan keadaan di babak kedua dan menghasilkan dua gol. Tapi kami diuntungkan oleh tamabahan waktu empat menit. Ini masalah.”

Spurs yang datang ke Old Trafford dari posisi kedelapan dari klasemen sementara liga dengan angka delapan, tak terlalu percaya diri bisa memenangkan pertandingan. Dari lima kali pertandingan “away”nya di Old Trafford tak satu pun bisa mereka menangkan. Bahkan selama 23 tahun terakhir ini, atau sejak tahun 1989 Spurs juga belum pernah mendapatkan angka penuh di kandang The Reds Devils sehingga media Inggris secara koor menjuluki kasus Tottenham Hotspurs ini sebagai “Kutukan Old Trafford.”

Bermain bagaikan “kesetanan” di babak pertama Spurs mengisyarat kepada MU bahwa masa penantian mereka untuk memetik kemenangan di Old Trafford sudah datang. Serangan yang mereka bangun terkadang simetris, dan dikesempatan lain melengkung sehingga sulit untuk dijegal.

Taktik serangan ini memang “prototype” Andre Villas-Boaz. Semasa sebelum terusir dari Stamford Bridge kandang Chelsea pelatih termuda dalam sejarah Premier League ini selalu memainkan cara ini dan sangat tidak disenangi oleh John Terry maupun Lampard sehingga mereka menyongkel AVB untuk hengkang.

Selama di Hotspurs, AVB agak leluasa memoles tim. Kemampuan adaptasinya dengan Bale, Dempsey maupun Vertonghen sangat membantu membangun “style” Spurs. Ia tak segan-segan mendiskusikan hal sekecil apa pun dengan pemain ketika latihan mau pun di kamar ganti.

Bahkan dalam pertandingan malam itu, ketika rehat dari babak pertama ia meminta kepada pemain untuk bisa lebih tenang. Ia tahu persis angka kemenangan 2-0 tidak akan mematahkan semangat MU. “Mereka adalah tim yang sangat matang. Jangan pernah berpikir MU sudah selesai,” katanya mengingatkan. “MU adalah tim yang tahu harga setiap menit pertandingan sebelum peluit akhir di tiup.”

Ucapan AVB ini memang terbukti. Dua gol dari Nani dan Kagawa adalah kebenaran dari analisa Villas-Boaz. Bahkan di empat injury time kemenangan 3-2 Spurs hampir punah akibat kerasnya tekanan serangan MU.
Bahkan dengan nada gusar Fergie, usai pertandingan, menuding wasit telah menghinanya karena hanya memberi waktu tambahan empat menit. “Mereka banyak mengulur waktu. Mereka mempermainkan wasit dengan berpura-pura kesakitan ketika terkena pelanggaran. Anda bisa catat berapa lama Brad Friedel menimang-nimang bola, “ kata Fergie. Sembari melihat ke jam tangannya Sir Alex mengatakan, dia sudah lebih dari dua menit mengulur waktu dan wasit tak pernah menambahkannya. “Ya sudah” kata Fergie dengan kesal ketika meninggalkan stadion.

Chelsea Tetap di Puncak
Di Emirates, dua jam sebelum pertandingan MU melawan Spurs, Chelsea dengan kalem mengakhiri laga “duo londones” dengan kemenangan tipis 2-1. Kemenangan ini bagi Di Matteo menghapus semua spekulasi tentang terjadinya kudeta puncak klasemen liga oleh “Setan Merah.”

“Apa pun hasil disana tak ada perubahan di puncak. Kami belum bergeser. Tolong kabarkan ke Old Trafford,” kata Di Matteo kepada para wartawan di ruang pertemuan usai laga pentingnya itu. Menurut Di Matteo laga Emirates adalah perkelahian anak London untuk saling mengukuh siapa yang menjadi penguasa. “ Hari ini, pertandingan penting prestise ini milik kami. Bukan berarti Arsenal tak mengimbangi kami. Mereka tidak beruntung saja,” kata Matteo sangat kalem.

Chelsea yang masih menurunkan Terry yang baru saja dihukum FA dengan empat kali tak boleh mengikuti pertandingan dan denda 200.000 poundsterling atau Rp 3,4 milyar yang belum berlaku efektif di pekan ini, mampu mengimbangi penampilan Arsenal yang sangat “power full.”

Semula Di Matteo bermaksud tidak akan memasang Terry di pertandingan yang sangat krusial itu. Tapi setelah mendiskusinya dengan pemain dan Terry sendiri Di Matteo memutuskan sendiri Terry tak perlu menatap timnya dari bangkucadangan. “Ia mengatakan tidak terpengaruh dengan keputusan FA. Dan hukumannya kan belum berlaku efektif,” kata Terry pendek menjawab keterkejutan para wartawan tentang bermainnya dia di Emirates.

“Terry factor” memang menjadikan Chelsea lebuh menggebrak. Bahkan dimenit-menit awal mereka merangsek pertahanan Arsenal dengan cepat dan membuat pertahanan tim Wenger itu keteteran.
Torres, misalnya, yang dimenit ke-20 memberi kemenangan 1-0 bagi “The Blues” mengakui faktor kehadiran Terry di lapangan menjadi pemicu tim untuk merebut kemenangan. “Saya memberi gol ini sebagai persembahan keteguhan hati Terry untuk tetap memperkuat tim,” kata Torres.

Kemenangan Chelsea dipertengahan babak pertama ini memang bisa disamakan oleh Gervinho di menit ke-42 hingga pertandingan babak pertama berakhir skor 1-1.

Di babak kedua baik Chelsea maupun Arsenal yang membelah London menjadi bagian utara dan selatan, bermain seimbang dan terkesan sangat keras. Serangan kedua tim datang silih berganti, hingga Juan Mata mengambil tendangan bebas di menit 72. Bola masih mampu ditahan Laurent Kosceiny di depan gawang hingga melenceng dan coba di cegat oleh kiper Mannone tapi gagal dan 2-1 untuk Chelsea. Arsenal masih berusaha menyamakan, tapi dua kali usaha Giroud gagal. [DBS]