close
Nuga Bola

Kegilaan Mou versus Kicauan “Psicópata”

Kicauan Alfons Godall di pagi Selasa itu berbau hinaan. Dipaketkan khusus untuk pembenci Jose Mourinho, bekas ex vicepresidente del Barcelona itu berkicau,”Sangat menyedihkan seorang psikopat merayakan gol sepertinya ia seorang pemain. Ia selebrasi dengan tangan menumbuk angin, berjingkrak dalam dua loncatan dan meluncur dengan dua lututnya ke lapangan melebihi gaya si pencetak gol. Gila!”

Selebrasi Jose Mourinho itu memang terjadi ketika menjelang injury time Christiano Ronaldo menjebol gawang Joe Hart dan City bertekuk di Barneube 2-3 dalam laga awal Liga Champions. Laga yang dikatakan Roberto Mancini, pelatih Manchester City, sebagai kesalahan tematik sebuah pertandingan setelah timnya sempat unggul dua kali.

Tentu bukan selebrasi itu yang menjadi persoalan Mou, yang menyebut dirinya lebih pas dijuluki Only One. Yang jadi persoalan justru kicauan Godall dalam bahasa sinis dan penuh kebencian serta dibagikan gratis sebagai sumbu kebenciannya menjelang pertandingan el clasico antara El Real lawan Barca di Nou Camp 7 Oktober mendatang dalam lanjutan La Liga.

Perseteruan terbaru Godall ini masih dalam irisan tajam kebencian penggila sepakbola Spanyol, non-pendukung Madrid, terhadap “kebocoran” mulut Mou dalam mengomentari pertandingan yang dilalui klub Santiago Barneube itu.

Dua hari sebelum kicauan Godall, harian paling terkenal di Spanyol terbitan Madrid, “Marca” lewat sebuah artikel panjang yang ditulis oleh senior editor-nya, Roberto Palomar, menyebut Mourinho sebagai, “tipe seorang lelaki yang memukul jatuh lawannya untuk kemudian lari dengan cuek. Ia bukan seorang gentle yang menghargai perlawanan.”

Dua tulisan, kali ini, bagi Mou memang sangat menggusarkan. “Dalam pandangan kami frasa itu merendahkan. Itu bukan sebuah kritik yang elegan dan bermartabat. Kami sangat tersinggung dan akan melakukan gugatan untuk memperbaiki citra egaliternya sepakbola Spanyol,” tulis rilis pengacara Mou dan Madrid yang ditujukan kepada “Marca” dan dipublikasikan dalam terbitan Rabu kemarin.

Dalam gugatannya itu Mourinho meminta “Marca” memperbaiki artikelnya itu serta keharusan untuk membayar ganti rugi atas penghinaan sebesar 15 ribu euro, yang kelak, kalau dipenuhi oleh pengadilan, akan dibagikan kepada komunitas sepakbola lokal di Spanyol.

Selain menggugat “Marca” sang pelatih genius itu juga akan membawa kicauan Godall ke pengadilan. Pengacaranya sedang mempersiapkan isi gugatan yang spesial agar bekas seterunya di Real Madrid itu sulit berkelit. “Gugatan ini akan mengunci Godall dari kesalahan yang berbau penghinaan. Cara menuding lewat media sosial ini bukan sikap ksatria,” tulis pengacara Mourinho dan Real dalam sebuah tweet yang disebarkan kepada komunitas global.

Jose Mourinho sang pelatih hebat yang kini bermukim di Real Madrid merupakan lelaki kontroversial. Cibiran dan komentarnya sering menyakitkan lawan. Ia seorang cuek, tapi motivator hebat yang dipuja dan dihujat pemainnya. Ia bisa saja menurunkan pemain kelas dua yang dianggap bisa mengemban strateginya di lapangan dan membangkucadangkan pemain sekelas Kaka berbulan-bulan.

Komentarnya, terkadang lebih menghina dari apa kicauan Godall dan sikapnya di pinggir lapangan dengan menuding wasit dan penjaga garis sebagai orang-orang kolaborator untuk menyingkirkan timnya selalu muncul.

“Mou memang lelaki yang tidak seimbang. Ia bukan tipe manusia planet bumi, tapi bermigrasi dari Mars dan melihat manusia Bumi dengan penuh kecurigaan. Ia alien yang baik,” tulis “The Guardian,” koran Manchester tentang kepelatihan Mou ketika ia menukangi Chelsea. Koran itu juga memuji Mou mampu menemukan jawaban yang pas untuk membungkam permainan tim sekelas MU, Liverpool atau Arsenal dalam sekali gebrak. Padahal pertandingan di Liga Primer merupakan standar uji kepelatihan di dunia.

Banyak pelatih hebat harus terusir dengan kepala tertunduk dari Britania. Sebutlah Sven Ericcson, Rannieri, Carlo Ancelotti, Robson, Kevin Kegan atau pun sederet nama lainnya. Tapi Mou pergi dengan memutuskan kontraknya sendiri di Chelsea karena ia ditatap dengan muka masam oleh Roman, si lelaki kaya raya asal Rusia itu. “Saya harus meninggalkan kejenuhan,” kata Jose Mourinho dalam sebuah konferensi pers yang gaduh di London tentang kepergiannya dari Liga Primer. Ia hanya tersenyum meladeni pertanyaan apakah akan kembali ke Inggris.

Mou tidak hanya mampu menjelmakan sebuah tim yang terpuruk ke permukaan, tapi juga bisa memoles kemandekan di klub hebat. Ia mampu mencairkan kebekuan prestasi di Madrid di tengah sapu bersih gelar yang dipertontonkan Barca. Musim lalu ia menyerahkan dua piala untuk Madris. Juara La Liga dan Piala Raja.

Ketika Inter Milan menghadapi persoalan rumit akibat benturan egoisme pemain dengan pemilik, Moratti, dan menenggelamkan prestasi klub Italia itu, Mou turun dari pertapaannnya usai melambaikan salam perpisahan kepada Roman Abramovic dan menyerahkan dua gelar juara bagi klub tetangga AC Milan itu, Piala Champions dan Juara Lega Calcio, untuk kemudian mencari inkarnasi baru.

Mou memang pelatih penuh bakat, gaya dan perilaku memikat. Ia cermin dari seorang jenius egaliter. Ia berangkat dari “kampung”-nya Sporting Lisbon ke rimba ganas sepakbola Inggris, Italia dan Spanyol dan menikmati hari-harinya dengan coretan strategi pertandingan. Ia menguasai semua aspek sepakbola baik sepak bola menyerang yang indah maupun sepakbola yang ranggi. Ia bisa pula memainkan sepakbola bertahan ala grendel catenaccio Italia yang dikutuk banyak orang.

Dengan sekali sedak ia membalas tentang sepakbola grendel yang dimainkannya ketika ketika Inter Milan tampil di final Liga Champions,”Yang dibutuhkan kemenangan. Dan kami mendapatkannya.” []